TEMPO.CO, Vladivostok – Pertemuan puncak antara Pemimpin tertingi Korea Utara, Kim Jong Un, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, bakal membahas solusi ancaman nuklir di Semenanjung Korea.
Baca:
Kim Jong Un dan Vladimir Putin Bertemu, Membahas Apa?
Pejabat Kremlin, Yuri Ushakov, mengatakan pertemuan akan diawali dengan pembicaraan empat mata antara Kim dan Putin.
Pembicaraan ini akan dilanjutkan dalam format terbatas dengan melibatkan pejabat tertentu dari kedua negara. Ini akan berlanjut dalam pertemuan format luas, yang melibatkan delegasi kedua negara.
“Pembicaraan akan berlangsung pada Kamis pukul 1 siang ini,” kata Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, seperti dilansir Sputnik News pada Kamis, 25 April 2019.
Baca:
Pertemuan berlangsung di Pulau Russky, yang terletak di lepas pantai Vladivostok. Russia Today melansir lokasi pertemuan ini berjarak sekitar 129 kilometer dari perbatasan dengan Korea Utara.
Delegasi Rusia bakal melibatkan Deputi Perdana Menteri, Yury Trutnev, Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, Menteri Transportasi, Yevgeny Dietrich, dan Mmenteri Pembangunan Rusia untuk Kawasan Timur Jauh, Alexander Kozlov. Ini masih ditambah dengan Kepala Kereta Api Rusia, Oleg Belozerov, serta Deputi Menteri Energi, Anatoly Yanovsky.
Sedangkan Korea Utara bakal terdiri dari Menteri Luar Negeri, Ri Yong Ho, Deputi Menteri Pertama, Choe Son Hui, Kepala Staf Umum Militer Korea Utara, Jenderal Ri Yong Gil, Wakil Ketua Komite Pusat Partai Pekerja Korea, Kim Phyong Hae.
Baca:
“Seusai pertemuan ini, kedua pemimpin kemungkinan akan menggelar makan malam bersama,” begitu dilansir Sputnik.
Kim Jong Un, seperti dilansir Reuters, menggelar pertemuan puncak dengan Putin setelah dua bulan lalu gagal mencapai kesepakatan damai dengan Presiden AS, Donald Trump.
Kim diduga ingin menunjukkan kepada Washington bahwa AS bukan satu-satunya kekuatan dunia yang bisa menentukan isi agenda perlucutan nuklir dan pencabutan sanksi ekonomi.
Sebaliknya, Rusia berkepentingan menunjukkan perannya di pentas global di tengah upaya AS dan sejumlah negara Barat untuk mengisolasinya. Namun, Rusia diketahui berkomitmen untuk terus mengenakan sanksi ekonomi terhadap negara yang dipimpin Kim Jong Un yaitu Korea Utara hingga proses perlucutan program nuklir negara komunis itu berlangsung tuntas.